Pandangan Hidup Orang Sunda (Manusia
Dan Pandangan Hidup)
Pandangan hidup itu bersifat kodrati. Pandangan hidup
merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu
dan tempat hidupnya. Pandangan hidup timbul melalui proses waktu yang lama dan
terus menerus, sehingga hasil pemikiran itu dapat diuji kenyataannya. Hasil
pemikiran itu dapat diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas
dasar ini manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman,
arahan dan petunjuk yang disebut pandangan hidup.
Pandangan
hidup dikelompokan berdasarkan asalnya yaitu :
A. Pandangan hidup yang berasal dari
agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
B. Pandangan hidup yang berupa ideologi
yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara
tersebut.
C. Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang
relatif kebenarannya.
Apabila pandangan hidup itu diterima oleh sekelompok orang
sebagai pendukung suatu organisasi, maka pandangan hidup itu disebut ideologi.
Jika organisasi itu negara, ideologinya disebut ideology negara.
Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai unsur yaitu
cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan/kepercayaan. Keempat unsur ini merupakan
satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan. Cita-cita ialah apa yang
diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan. Tujuan yang
hendak dicapai ialah kebajikan, yaitu segala hal yang baik yang membuat manusia
makmur, bahagia, damai, dan tentram. Usaha atau perjuangan adalah kerja keras
yang dilandasi keyakinan/kepercayaan. Keyakinan/kepercayaan diukur dengan
kemampuan akal, kemampuan jasmani dan kepercayaan kepada Tuhan.
Pandangan lain bagi orang sunda
Disebutkan
bahwa pandangan hidup orang Sunda itu terbagi kepada tiga bagian.
Bagian
pertama tecermin dalam tradisi lisan dan sastra Sunda yang berasal dari
kalangan lapisan atas (elite). Asilnya disimpulkan bahwa pandangan hidup orang
Sunda itu terdiri atas: (1) manusia sebagai pribadi; (2) manusia dengan
masyarakat; (3) manusia dengan alam; (4) manusia dengan Tuhan; dan (5) manusia
dalam mengejar kemajuan lahir dan kepuasan batin.
Penelitian
ini sampai pada adanya dua pandangan, yaitu yang pertama, pandangan yang
membagi manusia menjadi dua golongan ialah golongan penguasa dan golongan
rakyat, sedangkan yang kedua, tidak membedakan apakah seseorang itu termasuk
penguasa ataukah bukan sehingga berlaku umum.
Dari
analisis terhadap bahan-bahan yang diteliti itu dapat diidentifikasikan
sejumlah sifat khas yang dianggap baik dan tidak baik oleh orang Sunda.
Semuanya digolongkan kepada empat kategori besar, yaitu (1) akal; (2) budi; (3)
semangat; dan (4) tingkah laku.
Dalam
kategori akal yang dianggap baik ialah sifat-sifat pintar, pandai, cerdas,
cerdik, arif, berpengalaman luas, dan menjunjung tinggi kebenaran, sedangkan
yang tidak baik adalah bodoh, banyak bingung, suka bohong, membenarkan yang
bohong, pandai membohongi orang, dan terlalu benar (dalam pengertian
tidak surti). Dalam kategori budi ada 31 macam sifat yang baik,
antara lain jujur, suci, punya pendirian, takwa, tidak takabur, siger
tengah (tidak ekstrem), bageur(orang baik), bijaksana, berjiwa
kerakyatan, punya rasa malu, taat pada orang tua, punya harga diri, setia, bisa
dipercaya, dll. Sementara sifat yang tidak baik antara lain, pendendam, tidak
berperasaan, tidak punya rasa malu, tidak tahu berterima kasih, dan takabur.
Dalam
kategori semangat, sifat yang dipandang baik ada 18 macam, antara lain punya
idealisme, sabar, percaya kepada takdir, tabah, punya semangat belajar, mau
berikhtiar, rajin, lebih baik mati daripada hidup hina, berani, bersifat
satria, ulet, tahan godaan, khusuk dalam berdoa, sedangkan yang dianggap tidak
baik, antara lain merasa tidak berdaya, menyiksa diri sendiri, pengecut,
penakut, serakah, dan menyalahgunakan kedudukan.
Dalam
kategori tingkah laku, sifat yang dianggap baik ada 38 macam, antara lain,
sederhana, matang perhitungan, suka menolong, sopan, waspada, teliti, tahu
diri, ramah, tidak licik, menepati janji, hemat, tidak banyak bicara, punya
keterampilan, dan lain-lain. Sementara sifat yang tidak baik ada 59 macam,
antara lain, suka menonjolkan diri, sombong, berpakaian berlebihan, malas,
tidak mau berusaha, suka bertengkar, suka mencuri, dengki, menipu, licik, pencemburu,
dijajah materi, cerewet, bicara sembarangan, usilan terhadap orang lain, suka
menasihati orang lain, tidak menghargai orang lain, selingkuh, boros, dan
lain-lain.
Peneliti
pun mengidentifikasikan pandangan hidup orang Sunda tentang hubungan manusia
dengan masyarakat (pergaulan antarjenis, pergaulan dalam lingkungan keluarga
dalam masyarakat luas). Tentang hubungan manusia dengan alam (alam nyata, dan
alam gaib) diidentifikasikan bahwa orang Sunda memandang lingkungan hidupnya
bukan sebagai sesuatu yang harus ditundukkan, melainkan harus dihormati,
diakrabi, dipelihara, dan dirawat. Sementara tentang manusia dengan Tuhan dapat
diidentifikasikan bahwa meskipun sekarang umumnya memeluk agama Islam, masih
banyak kepercayaan pra-Islam yang masih menjadi pegangan walaupun hasil
analisis data menyimpulkan bahwa orang Sunda amat mengakui akan kekuasaan
Tuhan.
Pandangan hidup berkenaan dengan manusia sebagai pribadi,
dan dalam hubungannya dengan Tuhan dan manusia dalam mengejar kemajuan lahir
dan kepuasan batin, dapat dikatakan tetap. Perubahan terjadi pada aspek manusia
dengan alam dan manusia dengan masyarakat, tetapi itu pun tidak sama dalam
semua hal, tergantung wilayah dan aspeknya. Tak tampak perbedaan yang mencolok
antara pandangan hidup orang Sunda dewasa ini. Dengan tetap berakar pada
tradisinya, telah dan sedang mengalami pergeseran dan perubahan itu, perubahan
mengarah kepada pandangan yang lebih waspada, lebih bertauhid dalam beragama,
lebih realistis dalam bermasyarakat dan lebih memahami aturan alam.
Sumber
: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/05/02/pandangan-hidup-orang-sunda/